Silaturahmi Keluarga Besar Universitas Mathla’ul Anwar



Silaturahmi Keluarga Besar Universitas Mathla’ul Anwar

www.unmabanten.ac.id. 8 April 2025.

Para dosen di Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA) Banten, diminta lebih kreatif agar pendidikan bisa terus berkembang dan lebih berkualitas.

Pernyataan itu, disampaikan Rektor UNMA Banten Profesor Andriansyah, di acara silaturahmi Idulfitri 1446 Hijriyah, Selasa 8 April 2025. Hadir di acara tersebut, seluruh civitas akademika atau dosen, tenaga kependidikan, hingga pimpinan universitas.

Rektor UNMA Banten, Profesor Andriansyah juga mengatakan, dosen harus memiliki banyak kreatifitas dalam mengajar dan tidak terpaku pada pola manajemen lama, yang sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Tindakan itu harus dilakukan, agar perkembangan pendidikan dapat berjalan di kampus.

“Kurikulum harus menjawab kebutuhan zaman, kepemimpinan harus adaptif. Stagnasi bukan pilihan. Kemudian efisiensi organisasi juga penting dilakukan, termasuk merampingkan struktur, rotasi jabatan, dan transparansi keuangan,” katanya,

Selain itu, kata dia, pihak akademika juga harus bisa berkolaborasi dalam membangun pendidikan di kampus, agar UNMA Banten bisa terus bersaing dibidang pendidikan dengan universitas lain di Banten.

“Pentingnya kolaborasi, untuk membangun kampus yang progresif dan berdaya saing. Mahasiswa dan alumni, adalah cermin terbaik kita. Tugas kita bukan hanya memberi pendidikan berkualitas, tapi juga membina jejaring alumni yang unggul,” tambahnya.

“Ini bukan sekadar mencari pendapatan tambahan, tapi juga melatih mahasiswa berwirausaha. Kreativitas harus jadi napas UNMA. Targetnya, dalam tiga tahun ke depan, UNMA harus melahirkan guru besar baru dan menancapkan reputasi di kancah nasional,” sambungnya

Perwakilan Badan Penyelenggara Universitas (BPU) UNMA Banten, Edi Suhaedi, menyoroti peran strategis dosen dalam mewujudkan visi kampus. Oleh karena, dosen memiliki peran penting dalam perkembangan pendidikan dan kemajuan kampus.

“Fitrah dosen ada pada Tridharma, yaitu mengajar, meneliti, dan mengabdi. Ini bukan rutinitas, tapi panggilan yang butuh disiplin dan empati,” ujarnya.

Edi juga menekankan, pentingnya menerapkan budaya literasi di kampus. Oleh karena, kampus merupakan wadah intelektual yang harus bisa membaca perkembangan zaman dan bersikap fleksibel terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan.

“Banyak membaca, banyak menulis. Kampus bukan tempat mencari gelar semata, tapi memberi kontribusi nyata. Maka dari itu, seluruh civitas akademika menghindari politik kelompok dan fokus pada kebersamaan,” imbuhnya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *